Kau tahu perihal berjanji? Aku tidak ingin mengecewakan lagi, sebelumnya aku pernah beberapa kali berjanji untuk datang tepat waktu, dan aku malah selalu telat setengah jam, bahkan lebih (biasanya ketika berjanji dengan seorang teman). Saat itu hari jum'at dibulan Oktober, aku berangkat jam sembilan pagi dari rumah menuju stasiun kereta di Bekasi, aku mengejar waktu untuk shalat jum'at di masjid dekat stasiun tujuan terakhir, Kota Tua, Jakarta.

Sesampainya di sana, beruntung karena tidak terlambat, ya meski sedikit kesal karena kereta cukup lama berhenti di Stasiun Manggarai. Aku bergegas menuju pintu  keluar, aku menuju tempat wudhu.. Sebentar! apakah jika menuliskan hal seperti ini akan mengurangi pahalaku? Ah biarlah.

Setelah selesai shalat jum'at, aku mengabari seseorang yg akan menjadi Tour guide-ku nanti, bahwa aku akan menunggu di dekat pintu keluar stasiun. Untung saja saat itu aku membawa satu buku yg dibeli beberapa bulan lalu, buku dari Pidi Baiq; Drunken Mama. Sambil menunggu, aku bersandar di salah satu tiang yg ada di sana, dengan memakai sweater dan masker (Seperti orang-orang korea yg pernah kulihat di Youtube), aku membacanya sambil sesekali tertawa, mungkin jika tidak memakai masker aku sudah dianggap sebagai orang gila oleh orang-orang yg berlalu-lalang di sana, orang-orang yg sok sibuk dengan kehidupannya. Ah, mungkin ini alasan aku menunda membaca buku setelah membelinya pada waktu itu.

Kalau tidak salah, aku menunggunya sekitar setengah jam, tidak menjengkelkan bagiku menunggu selama itu, aku pikir lagi karena pernah beberapa kali membuat orang lain menunggu karenaku, haha, aku brengsek sekali, bukan?

Entah karena sangat menikmati bagian pertama di buku Drunken Mama tersebut atau karena apapun itu, rasanya aku tidak pernah bosan bersandar di tiang tersebut, sampai beberapa saat kemudian, dari arah belakang ada seseorang menyapaku,

"Hai! Baca buku apa?" Tanya seseorang yg sejak tadi aku tunggu.

Aku hanya tersenyum lalu memasukan buku itu ke dalam tas selempang milikku, biar saja tidak ku jawab, biar dia penasaran.

Dia datang bersama dua orang temannya, karena aku sudah biasa membiasakan diri ketika bertemu orang baru, maka temannya aku anggap sebagai temanku juga. Kami melanjutkan memasuki kota tua. Sebelumnya aku mau mengkonfirmasi dulu, bahwa aku sudah beberapa kali bermain ke Kota Tua di Jakarta ini, tapi bodohnya sama sekali belum pernah masuk ke salah satu museum di sana, ha ha. Aku juga bingung kenapa belum pernah masuk sama sekali. Dulu, saat beberapa kali itu, aku pernah bersama beberapa teman yg salah satunya sudah mem-block akun sosial mediaku karena alasan yg sekarang baru kutahu karena wanita yg ia sukai malah menyukaiku (padahal jadian saja tidak). Pergi ke sana pada siang hari, dan yg saat itu kami lakukan hanyalah duduk-duduk di lantai luar, berkeliling, mencari-cari kesenangan yg malah bikin capek, entahlah apa yg sebenarnya dilakukan, kami hanya duduk lalu kemudian berbincang tidak jelas dan memberi beberapa koin receh kepada para pengamen yg memaksa kami untuk mendengarkan mereka bernyanyi dengan lirik yg sedikit menjengkelkan, "(bernyanyi) Seribu saja~ tidak akan membuat miskin~ jangan sombong, Tuan~"

***
Setelah memasuki  area kota tua, kami menyempatkan untuk mencari makan terlebih dahulu, tapi, saat pertama kali bertemu sampai saat makan, kupikir ada yg aneh dengan salah satu orang yg pergi bersama kami, dari pertama bertemu di pintu keluar stasiun, temannya temanku ini diam saja, bahkan saat aku sapa "Hai!" saja malah seperti menghindar, pura-pura melihat HP, padahal aku yakin tidak ada satupun notif yg masuk saat itu. Aku mencoba bertanya, "Itu temen kamu kenapa?", dan dia pun membalas pertanyaanku, "Aku juga gak kenal dia! Dia itu temen dari temennya temenku!", "ha ha"

Aku bingung. Kemudian orang yg kami bicarakan tersebut pamit pergi. Entahlah ke mana.

Setelah kejadian absurd tersebut, kami melanjutkan pergi untuk masuk ke salah satu museum di sana,  Museum Fatahillah,  dan itu pertama kali bagiku. di sana aku merasakan kembali cerita-cerita yg pernah aku dengar dan baca ketika masih sekolah, cerita-cerita tentang sejarah kerajaan di Indonesia, dia menjelaskan setiap benda-benda yg dimuseumkan  di sana, dan disambung dengan perkataan, "Aku ngomong ada yg dengerin gak sih?"

Setelah cukup lama mondar-mandir melihat benda-benda bersejarah itu, kami berjalan ke arah dalam lagi, sampai pada permintaan yg sudah biasa aku dengar dari setiap orang itupun muncul kembali menghampiriku, "Fotoin dong, ehe ehe." Sampai beberapa perkataan-perkataan yg lainnya muncul, "Yg ini gendutan, ganti!"

Aku melanjutkan ke area dalam lagi, melihat ke Penjara Bawah Tanah, kalau kalian pernah ke sana, mungkin yg pernah memasuki tempat yg dulu dijadikan sebagai penjara tersebut,  akan merasa sangat sesak. Bayangkan  saja, dalam sebuah  ruangan kecil, kalian ditumpuk dengan beberapa orang, dengan kaki di ikat bola besi, tanpa lampu, tanpa wifi dan tanpa colokan listrik. Matilah kau!


Akupun mencoba memasuki ke dalam ruangan tersebut, saat aku berdiri di dalam, kepalaku sudah mentok tembok. Kalau tidak salah, katanya Cut Nyak Dien pernah dipenjara di sana, aku tidak kenal beliau, belum pernah bertemu, hanya tahu saja sedikit tentang sejarahnya sewaktu sekolah dan juga sering melihat lukisannya di bilik rumah nenekku di kampung halaman, lukisan tahun '90-an. Ah! mungkin sekarang beliau sudah beristirahat dengan nyaman di tempat peristirahatannya.

Selain Museum Fatahillah, aku juga mengunjungi museum lain, Museum Wayang. Sebenarnya bukan wayang saja yg ada di museum itu, ada boneka-boneka juga, dari beberapa daerah bahkan bonek dari Negara lain: Rusia, Thailand, India dan masih banyak lagi.

Boneka  tampan (Aku sendiri yg menamainya)

Di museum wayang itu, juga banyak anak-anak sekolah SMA yg mungkin sedang mengerjakan tugas sejarah, karena yg kulihat ada dua orang berseragam sekolah sedang duduk berdua di pojokan, mesra sekali. 'Tugas sekolah jaman now'.

Saking menikmati suasana nyaman di museum wayang itu, di lantai atas, sesekali aku tiduran, duduk-duduk sambil memakan roti yg dibawa oleh temanku, yg dimana kulihat kalau roti tersebut seperti diolesi sabun colek. Kalau diberi, ya dimakan saja.

Beberapa saat kemudian, kami dihampiri petugas, "Mohon maaf, jangan tiduran di sini yah, apalagi sambil makan-makan." Ternyata, tanpa sadar, aku sudah tiduran sambil makan di bawah cctv yg menghadap ke arah yg kujadikan sebagai tempat tidur tadi. Aku terciduk, kau tahu, itu memalukan.

**
Sebenarnya aku sudah sejak lama ingin main ke museum-museum di Kota Tua, tapi entah kenapa pada saat-saat itu tidak jadi terus. Tapi, beruntung saja, ada yg mengerti dan mau meladeni ajakanku sekaligus jadi tour guide. Jadi, Terima kasih banyak dan, jangan bosan. Wuahaha.

4.15 pm
Setelah puas di museum-museum Kota Tua, mereka melanjutkan ke tempat lain, ke tempat yg jaraknya tidak terlalu jauh dari kota tua.

*Bonus:
Pose cowok ketika belum siap untuk difoto

*Pesan moral dari tulisan ini; bikin  saja sendiri, aku malas mikir.