Cerita sebelumnya:

Bagian 1...


Rasa mual dan pusing sudah sembuh setelah sebelum tidur minum obat yang sempat saya beli di minimarket. Pendakian setelah mabuk kendaraan sungguh suatu siksaan yang lumayam bikin repot.


Sekitar jam 3 pagi kami bangun dan bersiap untuk summit ke puncak tertinggi Gunung Guntur, Garut. Saya terbangun setelah mendengar langkah-langkah pendaki lain yang sudah melanjutkan pendakiannya. Beberapa orang dari tim kami juga sudah ada beberapa yang bangun dengan ekspresi muka yang masih terlihat lelah.


“Kira-kira summit butuh berapa jam, Way?” saya bertanya kepada Anwar yang sedang memasukan beberapa botol air minum ke dalam tas. “dua jam lah!” katanya membalas.


Barang bawaan kami kumpulkan di dalam tenda, dan kami hanya membawa satu tas berisi air, bahan makanan untuk selama pendakian dan senter karena selama pendakian kami masihlah gelap. Setelah semua siap, jam setengah 4 pagi akhirnya pendakianpun dimulai.


Jalur pendakian dipenuhi semacam kerikil bekas lahar panas Gunung Guntur yang pernah erupsi entah pada tahun berapa, sebagian batu-batunya memasuki sepatu dan langkah kaki harus ekstra kerja keras karena setiap melangkah, langkah kami otomatis turun lagi. Pendakian ini lumayan cukup berat. Seperti kata kebanyakan orang, Gunung Guntur ini adalah Miniatur Semeru!


“Masih jauh kah?” beberapa orang terdengar mengatakan pertanyaan tersebut beberapa kali.


“Ayo bisa! 5 menit lagi!” jawaban inilah yang terus saya dengar ketika ada pertanyaan yang berulang. 5 menit di gunung adalah fana~


Pandangan saat summit ini tidak seperti sebelumnya, kalau saat awal pendakian pandangan kami masih bisa lurus ke depan, kali ini pandangan kita harus lurus ke atas, dan yang saya lihat adalah cahaya-cahaya senter dari pendaki-pendaki lain yang lebih dulu naik. Sesekali saya menganggapnya seperti bintang yang sangat dekat sekali.


“Kenapa.. kenapa?” tanya saya kepada Asep berulang sambil ngos-ngosan. Sebuah pertanyaan yang jawabannya sudah jelas; Capek!


“Cape ajig, beurat!” Kata Asep yang kebetulan membawa tas berisi air dan beberapa makanan ringan. “Capek anjay, berat!”


“Gantian aja gantian!” kata saya membalas, tapi untungnya ada budi yang menawarkan diri untuk menggantikannya membawa tas tersebut. Kalau saya... sudah jelas, rasa mual mulai muncul kembali dan malah terasa pengin muntah saja. Sungguh lemah memang~


Cahaya jingga mulai muncul di antara langit-langit berawan, pemandangan yang hanya bisa melihat ke atas semakin jelas puncak terasa masih cukup jauh. Dan kalau melihat ke bawah.... curam! Pemandangan yang hanya bisa dilihat oleh orang yang sudah beberapa kali mendaki saja menurut saya.


Karena tidak sampai juga ke atas, rasa ingin turun lagi sempat saya pikirkan, ya! Mental saya hampir down karena sudah tidak kuatnya mendaki.


Tapi, setelah terus berjalan pelan, akhirnya puncak yang dituju sudah mulai terlihat, semangat mulai muncul kembali.


Setelah berjuang yang enggak sampai mati-matian, saya dan 9 orang lain akhirnya sampai di puncak tepat hampir jam 6 pagi, Lalu melihah sunrise yang lumayan bagus, mengambil beberapa gambar dengan sepuas hati dan kemudian, akhirnya kami membongkar isi tas untuk kemudian membuat kopi dan bala-bala (gorengan) sambil mengobrol, tertawa atau sesekali duduk di atas cekungan tanah yang mengeluarkan asap kawah untuk menghangatkan badan.


Setelah puas istirahat di Puncak 1, kami melanjutan pendakian menuju puncak 2 dan 3.


Saat melanjutkan pendakian, kabut mulai menyelimuti, dan jarak pandang hanya beberapa meter saja. Kami sempat disesatkan oleh kabut saat akan melanjutkan ke Puncak 3, tapi beruntunglah akhirnya kami menemukan jalurnya.


Karena saat melanjutkan pendakian terhalang oleh kabut, pandangan dari Puncak 2 dan Puncak 3 tidak bisa melihat ke mana-mana. Sangat disayangkan tapi tidak apa-apa. Setidaknya kami sampai ke puncak tertinggi Guntur. Pendakian ini memang capek, tapi bukan itu intinya, semuanya untuk pelajaran hidup, untuk senang-senang, dan untuk kenang-kenang.


Bonus video:


Terima kasih untuk Budi, Ugeng dan Ason yang sudah mau mendampingi perjalanan kami. Ulah kapok!


•••

PS: Karena laptop yang rusak, akhirnya saya kembali ngeblog dari ponsel saja😂